Monday, August 29, 2011

Ada Gengsi Antara Ormas Islam Tentukan 1 Syawal

TRIBUNLAMPUNG.co.id, JAKARTA - Setiap tahunnya Indonesia selalu saja dihadapkan kepada satu persoalan terkait perbedaan hari Raya Idul Fitri (1 Syawal).Cendikian muslim, Azyumardi Azra menilai hal tersebut tak lepas dari adanya gengsi antara satu Organisasi Islam (Ormas Islam) yang satu dengan yang lainnya. Alhasil siapapun berhak menentukan 1 Syawal sesuai dengan keinginan masing-masing.                        
                                      Azyumardi-Azra1.jpg
"Masing-masing Ormas, khususnya Muhammadiyah dan NU berpegang kaku pada metode masing-masing," ungkap mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini kepada Tribunnews.com, Senin (29/8/2011).

Cilakanya, berbagai Ormas yang ada tidak mau mencari jalan kompromi dan akomodasi.
Hal ini diperparah dengan tidak adanya ototritas dari pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama (kemenag). Menurutnya, Kemenag tidak mempunyai kewenangan menentukan 1 Syawal karena dalam menentukan harus mengumpulkan terlebih dahulu seluruh Ormas yang dan di Indonesia.

"Kemenag tidak bisa menentukan sendiri sehingga tidak ada sanksi hukumnya. Karena Indonesia bukan negara Islam dan tidak bisa menghukum orang yang sholat Idul Fitri hari Selasa atau hari Rabu," ujarnya.

Seperti diketahui, PP Muhammadiyah menetapkan perayaan Idul Fitri 1432 H jatuh pada hari Selasa. Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan, penetapan itu berdasarkan hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomi dan dilakukan oleh majelis tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, bahwa Ijtima' menjelang Syawwal 1432 H terjadi pada hari Senin (29/8/2011) pukul 10:05:16 WIB.
Tinggi hilal pada saat matahari terbenam di Yogyakarta (f= -07 48¢dan l= 110 21¢BT) adalah +01 49¢57²(hilal sudah wujud) dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat Matahari terbenam hilal sudah berada di atas ufuk. 

Sementara, PBNU hingga kini masih belum menentukan kapan Hari Raya Idul Fitri dilaksanakan.(*)


Sunday, August 28, 2011

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 46 Tahun 2010

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Ujian Sekolah/Madrasah dan Ujian Nasional Pada Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa, Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Atas Luar Biasa, dan Sekolah Menengah Kejuruan Tahun Pelajaran 2010/2011.








Sunday, August 21, 2011

Sang Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia (Foto)

           
                                         

                                                                          
                Drs. Mohammad Hata       Drs. Mohammad Hata dan Ir. Soekarno


         
          

Anak Tukang Tambal Ban Ikut Jamuan Makan Malam Presiden SBY


TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Apa rasanya jadi seorang anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka pada upacara 17 Agustus di Istana Merdeka? Jelas sebuah pengalaman membanggakan. Dan itulah yang dirasakan duta Provinsi Jambi, Mariati Uli Sitompul, siswi SMA Titian Teras.
Mimpi itu jadi kenyataan. Mimpi mengikuti upacara bendera di Istana Kemerdekaan tak melulu milik mereka yang berasal dari gedongan. Mariati pun memiliki mimpi itu dan ternyata, anak seorang tukang tambal ban ini mampu meraih mimpinya tersebut.
Rasa bangga pun tak hanya dirasakan Mariati. Sang ayah, Sudung Sitompul mengaku sangat bangga dengan putrinya itu. Bahkan saking bahagianya, Sudung rela ke Jakarta dengan merogoh kocek sendiri. Ini demi memberi semangat agar anaknya makin percaya diri.
Kini, tugas mengibarkan dan menurunkan bendera dalam upacara HUT ke-66 Kemerdekaan RI di Istana Kemerdekaan yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sudah usai. Namun kegiatan Mariati masih sibuk. Usai mengikuti jamuan makan malam di Istana Kepresidenan, dia masih memiliki segudang agenda.  
                                     
Sudung pun tidak bisa leluasa bertemu Mariati. Menurutnya,Mariati masih berada dalam pengawasan Kementerian Pemuda dan Olahraga. Sudung mengaku hanya bisa menemui Mariati sekitar lima menit pada Rabu (17/8) sore selepas Parade Senja atau upacara penurunan bendera.
Sudung mengatakan setelah menjalankan tugas, Mariati mendapat jamuan makan malam di Istana Kepresidenan. Selain itu, Sudung juga mengatakan Mariati mendapat undangan jamuan makan dari banyak instansi dan pejabat negara satu di antaranya bersama Menpora Andi Mallarangeng. "Kita dapat dua undangan untuk besok, tapi di Cibubur," ujar Sudung.
Sebagai orangtua, Sudung mengaku bangga akan capaian anaknya mewakili Provinsi Jambi di tingkat nasional, terlebih menjadi anggota Paskibraka. Selain bangga, Sudung juga mengaku bahagia.
Bagi Sudung prestasi Mariati merupakan sebuah berkah langsung dari Tuhan Yang Maha Esa. Ia memandang prestasi Mariati sebagai berkah lantaran status sosial ekonomi dirasa tidak layak dan cukup untuk mengantar Mariati meraih satu posisi dalam Paskibraka.
Sudung mengatakan, diri dan keluarganya tidaklah masuk kategori keluarga kaya. Sudung mengatakan,  penghasilannya sangatlah pas-pasan untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Sudung mengaku hanya menjadi tukang tambal ban untuk mencukupi kebutuhannya.
Walau hanya bekerja sebagai tukang tambal ban, Sudung mengaku ikhlas dan siap mendukung perkembangan anak-anaknya. Sudung pun mengatakan untuk memenuhi undangan Presiden ke Jakarta dan mendukung anaknya, ia rela merogoh kocek sendiri untuk biaya ke Jakarta.  
"Tidak ada akomodasi atau tiket dari pemerintah, semua uang pribadi," ujar Sudung.
Agar bekal perjalanannya cukup, Sudung pun mengaku menumpang tinggal di rumah keluarganya yang ada di Jakarta
"Saya sudah tahu. Kita berharap agar jadwal pelantikan bisa ditentukan".
(Yahoo News)

Tuesday, August 16, 2011

Dirgahayu Negeriku INDONESIA

DIRGAHAYU KEMERDEKAAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA 
KE 66
17 AGUSTUS 1945 - 17 AGUSTUS 2011
>>UJILAH NASIONALISME ANDA dengan mendengarkan dan menghayati lagu ini <<<
         Click here>>                                           

                                                                                              ILYAS  KARIM
                                                                                                   (Pengibar Merah Putih sesaat 
                                                                                                                                          setelah Proklamasi Kemerdekaan RI)
SADUMUK BATHUK SANYARI BUMI
"N K R I adalah HARGA MATI" 


Ketika Bangsaku BELUM MERDEKA

Bangsaku MAMPU untuk BERSATU

Di saat bangsaku belum banyak yang tahu..... 

Bangsaku mampu untuk berpadu ,

tetapi kini,  semua demi ini dan itu

??????????????????

AKU RINDU..........

BANGSAKU BERSATU TANPA INI DAN ITU...

   MANA "SEPI ING PAMRIH RAME ING GAWE yang kau punya ?"

Monday, August 8, 2011

Cerita Wayang : Dewi Kunthi dan Karna

Sepeninggal Kresna, Dewi Kunti merasa sangat sedih memikirkan anak-anaknya. Ia ngeri membayangkan peperangan yang akan terjadi. Dalam hati, ia bertanya-tanya, “Bagaimana aku bisa menyatakan isi hatiku kepada anak-anakku ? Bagaimana mungkin kukatakan, pikullah segala penghinaan. 

Sebaiknya kita tak usah meminta pembagian kerajaan dan hindari peperangan. Bagaimana mungkin anak-anakku bisa menerima pikiranku yang bertentangan dengan tradisi ksatria ? Tetapi sebaliknya, apa yang akan dapat diperoleh dari saling membunuh dalam peperangan ? Dan kebahagiaan seperti apakah yang akan dicapai setelah musnahnya bangsa ini ? Bagaimana aku harus menghadapi ini ?”.

Berbagai pertanyaan muncul dan berkecamuk dalam hati Dewi Kunthi.
“Bagaimana anak-anakku bisa mengalahkan bersatunya tiga kekuatan ksatria Bisma, Drona dan Karna ? Mereka adalah senapati-senapati perang yang belum pernah terkalahkan”.


“Dari ketiga ksatria itu, mungkin mahaguru Drona tidak akan membunuh anak-anakku, bekas murid-murid yang dikasihinya. Kakek Bisma tentu tidak akan sampai hati membunuh Pandawa. Tetapi, Karna adalah musuh bebuyutan Pandawa. Ia sangat ingin menyenangkan hati Duryodana dengan membunuh anak-anakku”.
“Karna sungguh tangkas berolah senjata perang, senjata apapun. Bila kubayangkan Karna bertempur melawan anak-anakku, hatiku pedih sekali. Sepertinya sudah waktunya aku menemui Karna dan mengatakan kepadanya siapa sebenarnya dia. Kuharap, setelah tahu asal-usulnya ia mau meninggalkan Duryodana”.
Maka pergilah Dewi Kunti untuk menemui Karna. Ia pergi ke tepi sungai Gangga, ke tempat Karna setiap hari melakukan samadi. Benarlah, Karna tampak sedang bersamadi menghadap ke Timur, kedua tangannya tertangkup dalam sikap menyembah. Dengan sabar Dewi Kunti menunggu Karna selesai bersamadi. Sungguh khusyuk bersamadi, hingga Karna tak merasa bahwa sinar matahari telah naik sampai di atas punggungnya.
Setelah selesai bersamadi, Karna berdiri. Barulah ia melihat Dewi Kunti menunggu di belakangnya, di bawah terik matahari. Segera ia melepas bajunya untuk melindungi kepala Dewi Kunti dari panas matahari. Karna menduga permaisuri Pandu itu telah lama menunggunya. Ia agak bingung, menebak-nebak apa maksud kedatangan ibu Pandawa itu.
Kemudian ia berkata, “Anak Adirata, sais kereta, menyembah engkau, wahai Ratu Kunti, apa yang dapat kulakukan demi pengabdianku kepadamu ?”


“Ketahuilah, Karna. Sesungguhnya Adirata bukan ayahmu”, kata Dewi Kunti. Mata Dewi Kunti berkaca-kaca karena menahan rasa haru, ketika mengucapkan kata-kata itu. Kemudian Dewi Kunti melanjutkan, “Janganlah engkau berpikir bahwa dirimu berasal dari keturunan sais kereta.


Sesungguhnya, engkau adalah putra Batara Surya, Dewa Matahari. Engkau lahir dari kandungan Pritha, putri bangsawan yang dikenal dengan nama Kunti. Semoga engkau diberkahi keselamatan dan kesejahteraan”.
Saking kagetnya mendengar kata-kata Dewi Kunti, Karna terdiam dan terpana, tak sanggup   berkata-kata.




Dewi Kunti pun melanjutkan ucapannya, “Engkau dilahirkan lengkap dengan senjata suci dan anting-anting emas. Karena engkau tidak tahu bahwa Pandawa adalah saudara-saudaramu seibu, engkau memihak Duryodana dan membenci Pandawa. 
Hidup menggantungkan diri pada belas kasihan anak-anak Drestarata tidaklah patut bagimu. 
Bergabunglah dengan Arjuna dan kau akan bisa memerintah sebuah kerajaan di dunia ini. Semoga engkau dan Arjuna bisa menghancurkan mereka yang jahat dan tidak adil. Seisi dunia pasti akan menghormati kalian berdua. Kalian akan disegani banyak orang, seperti Kresna dan Balarama. Dalam situasi kalut seperti sekarang, orang harus menurut nasehat orangtua yang mencintainya. Itulah kewajiban utama setiap anak”
Ketika ibunya bercerita tentang asal-usul kelahirannya, Karna merasakan sesuatu dalam hatinya. Ia merasa Batara Surya membenarkan kata-kata Dewi Kunti. Tetapi ia menahan diri dan menganggap kabar itu sebagai ujian dari Batara Surya terhadap kesetiaan dan keteguhan hatinya. Ia bertekad untuk tidak menunjukkan kelemahannya.

Dengan menguatkan hatinya dengan keras, Karna dapat mengatasi keinginannya untuk mendahulukan kepentingannya sendiri, untuk membalas cinta ibunya, untuk bergabung dengan Pandawa.


Maka, dengan hati yang sedih namun teguh ia berkata, “Ibu, ibu telah merenggut segala hak kelahiranku sebagai ksatria dengan melemparkan aku, bayi yang tidak berdaya, ke sungai. Mengapa sekarang engkau bicara tentang tugasku sebagai ksatria ? Engkau tidak pernah mencintaiku dengan cinta ibu yang merupakan hak setiap anak yang terlahir di dunia. Induk binatang saja tak pernah membuang anaknya, mengapa engkau membuangku ?”


“Sekarang, ketika engkau mencemaskan nasib anak-anakmu yang lain, kau ceritakan semua ini kepadaku. Apabila sekarang aku menghidari kewajibanku, berarti aku akan menyakiti diriku lebih parah dari apa yang dapat dilakukan musuhku terhadap diriku. Seandainya sekarang aku menggabungkan diri dengan Pandawa, bukankah dunia akan mengutuk aku sebagai pengecut ?”


“Selama ini aku dihidupi oleh anak-anak Drestarastra. Aku dipercaya oleh mereka sebagai sekutu yang setia. Aku berhutang budi pada mereka. Semua harta dan kehormatan yang kumiliki kuperoleh dari mereka. Sekarang, ketika perang akan meletus dan aku harus membela Kurawa, engkau menghendaki agar aku mengkhianati Kurawa, menyeberang ke pihak Pandawa. Ibu, mengapa kau minta aku mengkhianati garam yang telah kumakan ?”


“Anak-anak Drestarastra memandang aku sebagai jaminan kemenangan mereka dalam peperangan yang akan datang. Katakan, adakah yang lebih hina daripada mengkhianati orang yang telah menolong kita ? Katakan, adakah yang lebih hina daripada orang yang tak tahu membalas budi ? Ibuku tercinta, aku harus membayar hutangku, bila perlu dengan nyawaku.


Kalau tidak, aku ini ibarat perampok yang hidup dari hasil curian dan rampasan selama bertahun-tahun. Tentu aku akan menggunakan segala kekuatanku untuk melawan anak-anakmu dalam perang nanti. Aku tidak akan mengkhianati siapapun. Aku tidak akan menipu engkau dan diriku sendiri. Ampunilah aku”, kata Karna dengan lembut tetapi tegas.


“Biarpun demikian, aku tidak akan menyia-nyiakan permintaan ibu. Soalnya adalah antara aku dan Arjuna. Dia atau aku yang harus mati dalam pertempuran nanti. Ibu, aku berjanji tidak akan membunuh anak-anakmu yang lain, apapun yang mereka perbuat terhadap diriku. Wahai ibu para ksatria, anakmu tak akan berkurang, tetap lima. Salah satu dari kami, aku atau Arjuna, akan tetap hidup setelah perang usai”.
Mendengar kata-kata Karna yang demikian tegas, hati Dewi Kunti semakin sedih dan pikirannya diliputi pergulatan yang makin tajam. Ia tidak kuasa berkata-kata. Dipeluknya Karna dengan kasih ibu yang melimpah-limpah. Hatinya hancur membayangkan kedua anaknya akan bertanding, bunuh-membunuh. Hatinya terharu melihat keteguhan Karna dalam menjalani takdir hidupnya. Akhirnya ia pergi meninggalkan putra Batara Surya itu tanpa berkata-kata lagi.
Cerita Mahabharata, sumber ‘Mahabharata’ oleh Nyoman Pendit

Thursday, August 4, 2011

Habibie : "Ilmuwan Nggak Usah Pulang ke Indonesia".


REPUBLIKA.CO.ID,AACHEN - B.J. Habibie memaklumi adanya orang pintar Indonesia yang memilih tidak pulang ke tanah airnya. Meski memilih tinggal di luar negeri, Habibie yakin orang-orang itu tetap cinta Indonesia.
“Dari zaman saya di Eropa, isunya sama: brain drain. Tapi, kita realistis saja. Bagaimana orang pintar mau pulang ke Indonesia kalau tidak ada lapangan pekerjaan di sana,” kata Habibie saat memberikan kuliah umum di kota Aachen, Jerman, Sabtu (30/7).
Ia berbicara banyak soal IPTEK, ekonomi, brain drain, dan kenangan masa mudanya di kota teknik Jerman, Aachen. Antusiasme masyarakat (intelektual) Indonesia memang terlihat di acara ini. Sekitar 470 mahasiswa di daratan Eropa menyempatkan diri datang ke Aachen.
Habibie sendiri terlihat segar, antusias dan seperti biasa penuh senyum. Ia memulai dua sesi kuliah umum dengan menceritakan pengalamannya berkuliah di Aachen pada tahun 1950-an. Ketika panitia mengisyaratkan bahwa waktu yang diberikan terbatas, kakek yang pandai melucu ini berseloroh,“Kekurangan saya memang itu: tidak bisa berhenti kalau sudah ngomong.”
Brain DrainPada sesi tanya-jawab, seorang mahasiswi sempat mempertanyakan bagaimana mungkin kualitas sumber daya manusia Indonesia bisa ditingkatkan jika sekolah pun belum terjamin untuk semua anak Indonesia. Habibie menanggapi dengan ringan.
“Indonesia kan punya banyak sekali sumber daya alam. Harusnya SDA itu yang dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kemajuan otak manusianya,'' katanya. “Ya, jangan pesimis, dong. Nggak maju-maju kita kalau pesimis terus. Saya yakin Indonesia bisa. Soal kemampuan sih, nggak usah dipertanyakan lagi.”
Masalah brain drain pun Habibie tak cemas. “Bohong itu kalau bilang, orang Indonesia yang di luar negeri are lost people yang nggak punya nasionalisme.”
Menurutnya, pilihan yang realisitis untuk (sementara) bertahan di luar negeri. Apalagi untuk para ilmuwan, kondisi dalam negeri tidak mendukung mereka melakukan riset atau mengembangkan keahlian.
“Tapi saya yakin, jika ada kesempatan, tak ada orang Indonesia yang tidak ingin berbakti pada tanah air,” katanya. “Nggak masalah kalau sekarang mereka ingin ‘mencari bekal’ dulu di luar negeri.”
(Yahoo News)

Monday, August 1, 2011

Missouri Larang Guru-Siswa Berteman di Facebook

Liputan6.com, Missouri: Jika Anda seorang siswa yang tinggal di Missouri, Amerika Serikat, Anda sebaiknya tidak berteman dengan guru Anda di Facebook. Hal itu dilarang dan ilegal. Demikian yang dilansir Mashable.com, Ahad (31/7).

Menurut Senat Bill 54 Missouri, larangan itu berlaku mulai 28 Agustus mendatang di setiap jaringan sosial, tidak hanya Facebook. Pemberlakuan larangan itu dalam upaya membatasi perbedaan antara guru dan siswa. Selain itu, guru juga diperbolehkan untuk membuat akun Facebook.

Hubungan yang tidak sesuai antara siswa dan guru adalah akar dari undang-undang itu. Senat Bill 54 merancang UU iyu untuk melindungi anak dari perbuatan seksual oleh guru dan menarik peraturan sekolah yang membolehkan berkontak melalui media elektronik, jaringan sosial, dan bentuk-bentuk komunikasi lainnya.(SHA)